Shahih Bukhari-Bab 3 Ilmu No. Hadist: 119
Bab: Anjuran untuk seorang alim, bila
ditanya tentang siapakah yang lebih mengetahui, hendaklah mengembalikan ilmu
kepada Allah
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا
عَمْرٌو قَالَ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ قَالَ قُلْتُ لِابْنِ عَبَّاسٍ
إِنَّ نَوْفًا الْبَكَالِيَّ يَزْعُمُ أَنَّ مُوسَى لَيْسَ بِمُوسَى بَنِي
إِسْرَائِيلَ إِنَّمَا هُوَ مُوسَى آخَرُ فَقَالَ كَذَبَ عَدُوُّ اللَّهِ
حَدَّثَنَا أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَامَ مُوسَى النَّبِيُّ خَطِيبًا فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ فَسُئِلَ
أَيُّ النَّاسِ أَعْلَمُ فَقَالَ أَنَا أَعْلَمُ فَعَتَبَ اللَّهُ عَلَيْهِ إِذْ
لَمْ يَرُدَّ الْعِلْمَ إِلَيْهِ فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيْهِ أَنَّ عَبْدًا مِنْ
عِبَادِي بِمَجْمَعِ الْبَحْرَيْنِ هُوَ أَعْلَمُ مِنْكَ قَالَ يَا رَبِّ وَكَيْفَ
بِهِ فَقِيلَ لَهُ احْمِلْ حُوتًا فِي مِكْتَلٍ فَإِذَا فَقَدْتَهُ فَهُوَ ثَمَّ
فَانْطَلَقَ وَانْطَلَقَ بِفَتَاهُ يُوشَعَ بْنِ نُونٍ وَحَمَلَا حُوتًا فِي
مِكْتَلٍ حَتَّى كَانَا عِنْدَ الصَّخْرَةِ وَضَعَا رُءُوسَهُمَا وَنَامَا
فَانْسَلَّ الْحُوتُ مِنْ الْمِكْتَلِ {
فَاتَّخَذَ
سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ سَرَبًا
} وَكَانَ
لِمُوسَى وَفَتَاهُ عَجَبًا فَانْطَلَقَا بَقِيَّةَ لَيْلَتِهِمَا وَيَوْمَهُمَا
فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ {
آتِنَا
غَدَاءَنَا لَقَدْ لَقِينَا مِنْ سَفَرِنَا هَذَا نَصَبًا
} وَلَمْ يَجِدْ
مُوسَى مَسًّا مِنْ النَّصَبِ حَتَّى جَاوَزَ الْمَكَانَ الَّذِي أُمِرَ بِهِ
فَقَالَ لَهُ فَتَاهُ { أَرَأَيْتَ إِذْ
أَوَيْنَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ وَمَا أَنْسَانِيهِ إِلَّا
الشَّيْطَانُ } قَالَ مُوسَى {
ذَلِكَ مَا
كُنَّا نَبْغِي فَارْتَدَّا عَلَى آثَارِهِمَا قَصَصًا
} فَلَمَّا
انْتَهَيَا إِلَى الصَّخْرَةِ إِذَا رَجُلٌ مُسَجًّى بِثَوْبٍ أَوْ قَالَ تَسَجَّى
بِثَوْبِهِ فَسَلَّمَ مُوسَى فَقَالَ الْخَضِرُ وَأَنَّى بِأَرْضِكَ السَّلَامُ
فَقَالَ أَنَا مُوسَى فَقَالَ مُوسَى بَنِي إِسْرَائِيلَ قَالَ نَعَمْ قَالَ {
هَلْ
أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِي مِمَّا عُلِّمْتَ رَشَدًا
} قَالَ {
إِنَّكَ لَنْ
تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا } يَا مُوسَى
إِنِّي عَلَى عِلْمٍ مِنْ عِلْمِ اللَّهِ عَلَّمَنِيهِ لَا تَعْلَمُهُ أَنْتَ
وَأَنْتَ عَلَى عِلْمٍ عَلَّمَكَهُ لَا أَعْلَمُهُ {
قَالَ
سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا وَلَا أَعْصِي لَكَ أَمْرًا
} فَانْطَلَقَا
يَمْشِيَانِ عَلَى سَاحِلِ الْبَحْرِ لَيْسَ لَهُمَا سَفِينَةٌ فَمَرَّتْ بِهِمَا
سَفِينَةٌ فَكَلَّمُوهُمْ أَنْ يَحْمِلُوهُمَا فَعُرِفَ الْخَضِرُ فَحَمَلُوهُمَا
بِغَيْرِ نَوْلٍ فَجَاءَ عُصْفُورٌ فَوَقَعَ عَلَى حَرْفِ السَّفِينَةِ فَنَقَرَ
نَقْرَةً أَوْ نَقْرَتَيْنِ فِي الْبَحْرِ فَقَالَ الْخَضِرُ يَا مُوسَى مَا
نَقَصَ عِلْمِي وَعِلْمُكَ مِنْ عِلْمِ اللَّهِ إِلَّا كَنَقْرَةِ هَذَا
الْعُصْفُورِ فِي الْبَحْرِ فَعَمَدَ الْخَضِرُ إِلَى لَوْحٍ مِنْ أَلْوَاحِ
السَّفِينَةِ فَنَزَعَهُ فَقَالَ مُوسَى قَوْمٌ حَمَلُونَا بِغَيْرِ نَوْلٍ
عَمَدْتَ إِلَى سَفِينَتِهِمْ فَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ أَهْلَهَا {
قَالَ أَلَمْ
أَقُلْ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا قَالَ لَا تُؤَاخِذْنِي بِمَا
نَسِيتُ وَلَا تُرْهِقْنِي مِنْ أَمْرِي عُسْرًا
} فَكَانَتْ
الْأُولَى مِنْ مُوسَى نِسْيَانًا فَانْطَلَقَا فَإِذَا غُلَامٌ يَلْعَبُ مَعَ
الْغِلْمَانِ فَأَخَذَ الْخَضِرُ بِرَأْسِهِ مِنْ أَعْلَاهُ فَاقْتَلَعَ رَأْسَهُ
بِيَدِهِ فَقَالَ مُوسَى { أَقَتَلْتَ
نَفْسًا زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ
} { قَالَ أَلَمْ
أَقُلْ لَكَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا
} قَالَ ابْنُ
عُيَيْنَةَ وَهَذَا أَوْكَدُ { فَانْطَلَقَا
حَتَّى إِذَا أَتَيَا أَهْلَ قَرْيَةٍ اسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمَا
فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنْ يَنْقَضَّ فَأَقَامَهُ
} قَالَ الْخَضِرُ
بِيَدِهِ فَأَقَامَهُ فَقَالَ لَهُ مُوسَى {
لَوْ شِئْتَ
لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا قَالَ هَذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ
} قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْحَمُ اللَّهُ مُوسَى
لَوَدِدْنَا لَوْ صَبَرَ حَتَّى يُقَصَّ عَلَيْنَا مِنْ أَمْرِهِمَا
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Muhammad berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami 'Amru berkata, telah mengabarkan
kepadaku Sa'id bin Jubair berkata,
aku berkata kepada Ibnu 'Abbas,
"Sesungguhnya
Nauf Al Bakali menganggap bahwa Musa bukanlah Musa Bani Isra'il, tapi Musa yang
lain." Ibnu Abbas lalu berkata, "Musuh Allah itu berdusta, sungguh Ubay
bin Ka'ab telah menceritakan kepada kami dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam: "Musa Nabi Allah berdiri di hadapan Bani Isra'il memberikan
khutbah, lalu dia ditanya:
"Siapakah
orang yang paling pandai?" Musa menjawab: "Aku." Maka Allah
Ta'ala mencelanya karena dia tidak diberi pengetahuan tentang itu. Lalu Allah
Ta'ala memahyukan kepadanya: "Ada seorang hamba di antara hamba-Ku yang
tinggal di pertemuan antara dua lautan lebih pandai darimu." Lalu Musa
berkata, "Wahai Rabb, bagaimana aku bisa bertemu dengannya?" Maka
dikatakan padanya: "Bawalah ikan dalam keranjang, bila nanti kamu
kehilangan ikan itu, maka itulah petunjuknya."
Lalu
berangkatlah Musa bersama pelayannya yang bernama Yusya' bin Nun, dan keduanya
membawa ikan dalam keranjang hingga keduanya sampai pada batu besar. Lalu
keduanya meletakkan kepalanya di atas batu dan tidur. Kemudian keluarlah ikan
itu dari keranjang (lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu) '
(Qs. Al Kahfi: 61).
Kejadian
ini mengherankan Musa dan muridnya, maka keduanya melanjutkan sisa malam dan
hari perjalannannya. Hingga pada suatu pagi Musa berkata kepada pelayannya,
'(Bawalah kemari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa lelah karena
perjalanan kita ini) ' (Qs. Al Kahfi: 62).
Musa
tidak merasakan kelelahan kecuali setelah sampai pada tempat yang dituju
sebagaimana diperintahkan. Maka muridnya berkata kepadanya: '(Tahukah kamu
ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi? Sesungguhnya aku lupa
menceritakan ikan itu. Dan tidaklah yang melupakan aku ini kecuali setan) '
(Qs. Al Kahfi: 63).
Musa
lalu berkata: '(Itulah tempat yang kita cari. Lalu keduanya kembali mengikuti
jejak mereka semula) ' (Qs. Al Kahfi: 64).
Ketika
keduanya sampai di batu tersebut, didapatinya ada seorang laki-laki mengenakan
pakaian yang lebar, Musa lantas memberi salam. Khidlir lalu berkata,
"Bagaimana cara salam di tempatmu?" Musa menjawab, "Aku adalah
Musa." Khidlir balik bertanya, "Musa Bani Isra'il?" Musa
menjawab, "Benar." Musa kemudian berkata: '(Bolehkah aku mengikutimu
supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah
diajarkan kepadamu?) ' Khidlir menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali
tidak akan sanggup sabar bersama Aku) ' (Qs. Al Kahfi: 66-67).
Khidlir
melanjutkan ucapannya, "Wahai Musa, aku memiliki ilmu dari ilmunya Allah
yang Dia mangajarkan kepadaku yang kamu tidak tahu, dan kamu juga punya ilmu
yang diajarkan-Nya yang aku juga tidak tahu." Musa berkata: '(Insya Allah
kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu
dalam sesuatu urusanpun) ' (Qs. Al Kahfi: 69).
Maka
keduanya berjalan kaki di tepi pantai sementara keduanya tidak memiliki perahu,
lalu melintaslah sebuah perahu kapal. Mereka berbicara agar orang-orang yang
ada di perahu itu mau membawa keduanya. Karena Khidlir telah dikenali maka
mereka pun membawa keduanya dengan tanpa bayaran. Kemudian datang burung kecil
hinggap di sisi perahu mematuk-matuk di air laut untuk minum dengan satu atau
dua kali patukan. Khidlir lalu berkata, "Wahai Musa, ilmuku dan ilmumu
bila dibandingkan dengan ilmu Allah tidaklah seberapa kecuali seperti patukan
burung ini di air lautan." Kemudian Khidlir sengaja mengambil papan perahu
lalu merusaknya. Musa pun berkata, "Mereka telah membawa kita dengan tanpa
bayaran, tapi kenapa kamu merusaknya untuk menenggelamkan penumpangnya?"
Khidlir berkata: '(Bukankah aku telah berkata, "Sesungguhnya kamu
sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku) ' Musa menjawab: '(Janganlah
kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan
sesuatu kesulitan dalam urusanku) ' (Qs. Al Kahfi: 72-73).
Kejadian
pertama ini karena Musa terlupa. Kemudian keduanya pergi hingga bertemu dengan
anak kecil yang sedang bermain dengan dua temannya. Khidlir lalu memegang
kepala anak itu, mengangkat dan membantingnya hingga mati. Maka Musa pun
bertanya: '(Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh
orang lain?) ' (Qs. Al Kahfi: 74). Khidlir menjawab: '(Bukankah sudah kukatakan
kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?) ' (Qs. Al
Kahfi: 75).
Ibnu
'Uyainah berkata, "Ini adalah sebuah penegasan. '(Maka keduanya berjalan
hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta
dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu
mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang
hampir roboh. Maka Khidlir menegakkan dinding itu) ' (Qs. Al Kahfi: 77).
Rasulullah meneruskan ceritanya: "Khidlir melakukannya dengan tangannya
sendiri. Lalu Musa berkata, '(Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah
untuk itu. Khidlir menjawab, "Inilah saat perpisahan antara aku dan kamu)
' (Qs. Al Kahfi: 77-78).
Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Semoga Allah merahmati Musa. Kita
sangat berharap sekiranya Musa bisa sabar sehingga akan banyak cerita yang bisa
kita dengar tentang keduanya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar